beberapa puisi karya Soe Hok Gie, yang membuat saya tergila-gila
Sebuah Tanya
Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku
(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram meresapi belaian angin yang menjadi dingin)
apakah kau masih membelaiku semesra dahulu?
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat
(lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)
apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu
kita begitu berbeda dalam semua kecuali dalam cinta?
(haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu)
manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru
(Soe Hok Gie)
Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza
Tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendala wangi
Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danang
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra
Tapi aku ingin mati di sisimu sayangku
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu
Mari, sini sayangku kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
Tegaklah ke langit atau awan mendung kita tak pernah menanamkan apa-apa
kita takkan pernah kehilangan apa-apa